Prosa Hati II
  WELCOME | About me | Puisi Hati | Puisi Hati II | Puisi Hati III | Puisi Hati IV | Cerita Hati | Rahasia Hati | Prosa Hati | Prosa Hati II | Prosa Hati III | Photo Album I | Guest Book | Contact Me | Favorite Links | Lagu Hati | Tentang Cinta  

PERJALANAN MENUJU PURI DI UJUNG PELANGI
Melintasi nuansa warna
Mengapai puri diujung pelangi
Setapak demi setapak
Kulintasi nuansa warna pelangi
Semburat merah
Serasa jiwa bergolak
Nyala api tak kunjung padam
Tanpa sada ujung rambtku terbakar
Dengan gerakan secepat kilat
Kuguyurkan air dan kupotong rambutku
Entah potongan rambut model apa yang kini kumiliki
Aku tersenyum sendiri
Kulanjutkan perjalananku dengan membawa sepercik kebahagiaan
Kubilang pada hatiku takkan lagi kuberbuat ceroboh
Sketsa jingga mulai kujalani
Dengan penuh semangat dan tekad membaja kutelusuri
Disekelilingiku dipenuhi kemilau intan
Segera kuambil intan-intan yang sanggup kubawa
Namun ditengah perjalanan
Tiba-tiba intan-intan itu raib entah kemana
Ternyata karung tempat intan itu berlubang
Karena terlalu banyak isinya
Kembali kulanjutkan perjalananku dengan kebahagiaan tersendiri
Dan kutinggalkan karung yang telah kosong itu
Rona kuningpun terlihat
Kuberlari-lari kegirangan
Menari-nari penuh suka
Semakin kupercepat langkahku
Aduh. Tiba-tiba aku terjatuh
Begitu cepat kakiku melangkah.
Segera kupijat dengan balsem pemberian ibu
Sambil terseok-seok kukembali berjalan
Asaku tak jua padam tuk gapai puri di ujung pelangi
Kurasakan bahagia dalam rona kuning
Penuh semerbak harum bunga matahari
Takkan kubiarkan kegembiraan terlalu dalam
Hingga lupakan semua hal
Hamparan hijau dedaunan kurasakan
Sejukkan jiwa yang galau
Dedaunan serasa dicumbu embun
Kupu-kupu bermain merayu-rayu
Karena aku sangat jail
Kuambil sebuah kupu-kupu
Namun
Entah darimana datangnya lebah
Sejurus kemudian menyengat tanganku
Padahal aku nggak menganggu sarang lebah itu.
Tapi darimana lebah itu muncul
Apa. Lebah itu sahabatnya kupu-kupu ya ?
Tanyaku pada aku sendiri
Kuambil daun melati
Kuusap-usapkan pada tanganku yang bengkak
Kurasakan harum semerbak wanginya
Diriku dipeluk oleh alam nan syahdu
Begitu tenang.
Rasakan kebahagiaan mencumbuku
Takkan pernah kujahat pada alam yang telah memanjakanku
Takkan pernah kuberbuat salah meskipun itu cuma kesalahan kecil
Karna kuyakin semua salah pasti ada hukumannya
Sayup terdengar merdu bunyi seruling
Kuterbuai oleh negeri pink
Romansanya memanjakanku
Buat mimpiku melambung jauh
Hingga tercipta ribuan syair-syair asmara
Takkan tertandingi oleh pujangga manapun
Saat inipun kulihat wajahku dalam bening aliran sungai
Begitu cantik tak terduakan
Sayup terdengar puisi-puisi cinta yang lebih indah dari puisi-puisiku
Dan terlihat gambar gadis-gadis cantik yang lebih dari wajahku
Ah sudahlah. Toh semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing
Kutersenyum dan kulanjutkan perjalananku dengan rasa syukur
Atas semua kelebihan dan rasa ingin memperbaiki kekurangan-kekuranganku
Kutermenung dikelilingi sutra unguKembali kumenghayal tentang puri indah di ujung pelangi
Seperti yang selalu nenekku kisahkan menjelang tidur
Kuhanyut oleh kesedihan di masa silam
Hingga tak mampu lagi kusadar tentang keindahan sutra ungu ini
Tanpa sadar pak tua menghapus air mataku
Masih terbuai oleh kesedihan
aku membungkam
Gadis manis bangun lihat sutra-sutra ungu ini begitu indah
terproses dari tangan-tangan yang lembut tapi perkasa
Aku bangkit.
Sungguh indah sutra-sutra ungu ini
Tapi. Kemana pak tua tadi..
Kurasakan kebahagiaan dalam kelembutan sutra ungu
Kutakkan pernah hanyut dalam kesedihan lagi
Kuingin gapai semua cita dan cintaku
Kata nenek kalau sudah sampai di negeri biru
Berarti hampir sampai di puri ujung pelangi
Kebebasan dan kedamaian begitu terpancar
Sungguh ini cobaan yang berat
Tapi kubisa atasinya
Langkahku kian cepat hingga sampai pada deretan bunga-bunga
Semburat warna
Merah jingga.., kuning., hijau, merah muda
Hijau, dan biru
Bagai seorang putri tiba-tiba bajuku berubah laksana
Cinderella Milenium
Baju yang sangat besar namun pas dibadanku yang mungil
Berwana pink dengan hiasan-hiasan perak
Rasanya bajuku bisa bergoyang-goyang
Kepalakupun berhias mahkota
Seorang putri cantik menyambutku
Dan mengajakku kesebuah puri
Tapi
Apa yang kulihat
Sebuah gubug ditengah air terjun yang terdapat bias-bias warna
Dikelilingi bunga-bunga
Gemericik airnya mendekapku dalam kedamaian
Angsa-angsa putih asyik bercumbu
Burung-burung riang beryanyi asmara
Putri itu berkata
Perjalananmulah purimu, dan ini hanya sebagian dari purimu
yang akan kita tempuh berdua
dan mungkin tidak seindah yang kamu bayangkan tapi
kuingin beri yang terindah buat mu
Kebahagiaan melewati negeri warnapun terlintas di pelupuk mataku
Kini kebahagiaan yang aku rasakanpun bertambah
semakin bertambahnya pengetahuanku
Tentang nuansa warna
Kan kujalani semua hal di puri ujung pelangi
bersama seorang putri cantik yang bijaksana


Asaku Yang Baru Ada
Kubangun hari ini dengan membawa asa baru
Kutembus langit ketujuh
Kulintasi pelangi

Aku menari-nari dengan bajuku yang kebesaran karena
tubuhku yang memang kecil
Aku berlari-lari kecil seraya mendendangkan lagu cinta
Aku menatap awan dan langsung terbang ke arahnya
Aku menatap langit dan aku langsung menembusnya sampai
langit ketujuh

Kususuri langit dimana aku bisa bermain dengan
awan-awan
Kujelajahi bumi dimana aku bisa berceloteh dengan
burung-burung

Kembali aku turun kebumi
Kutanya angin ada kabar apa hari ini
Terlihat sebuah mata air mengalir begitu jernihnya
memberi kehidupan bagi sawah-sawah nan hijau
Tercium semerbak wangi bunga-bunga di taman

Kurebahkan tubuhku di hijaunya rerumputan
Kupejamkan mataku sambil tersenyum

Kuayunkan kembali langkah kecilku
Aku kembali menari-nari di taman itu
Kurasakan hembusan angin sejuk memainkan rambutku
Kuhirup udara segar itu lalu kukeluarkan kembali

Terima kasih Ya Allah
Nikmat dan karunia-Mu sedemikian besar hingga tak
mampu lagi
kugoreskan dalam puisi kecilku

Cerita yang Terpuruk
Disini
Rintik air hujan jatuh seperti jarum2
Burung hantupun mengigil kedinginan
Dulu
Ketika dalam dekapan dewi asmara
Aku ingin agar waktu berhenti saat itu
Namun
Aku tak mungkin terus bersandar pada angin
Mentari menerbitkan satu kenyataan
Bahwa waktu akan terus berjalan
Saat ini
Kutulis surat buatmu lalu kubakar dalam tungku panas
Gemuruh petir dimalam hari terdengar
Adakah cinta polosku kau simpan?
Tak ada yang menyahut
Hanya gerimis gaib terdengar, dan
Menyimpan sebuah rahasia kepolosan cinta

Kisah Lara
Kusapu wajah langit perlahan
Kuhitung bintang entah sudah jadi berapa buah

Tertidurnya rembulan dalam belaian angin surga
Seiring menari penaku
Detak jam di kamarku terdengar jelas

Pujanggapun mulai membacakan syair-syairnya
Lama kutertegun tanpa kata
Hanya desah atau sesekali anggukan tanda mengerti

Kugerak-gerakkan jemariku diatas kepala
Menari sayup terdengar gamelan
Layar tlah dibuka
Dimulainya kisah lara dari sudut layar yang terkubur
Nurani diam bagai cacing kepanasan
Dipojok dduk manis beberapa sinden suara merdu
nyanyikan lagu nestapa
Lama terdiam hayati cerita lara digaris tanganku

Cucuran air mata bermuara dikolam nestapa
Terlena dalam timangan duka
Dalam dekapan mesra kabut lara

Lama kumerenung
Makin kusulut api panas dalam luka yang entah sembuh
entah tidak
Lama kutertegun
Masih kusadar lukaku masih meneteskan nanah
Apa bisa ramuan sesedikit itu menyembuhkan luka yang
masih bernanah
Jijik kumelihat luka in

Lama kuhayati arti dari suara merdu sinden
Sesekali kulihat lukaku yang masih bernanah
Seorang ibu tua sodorkan ramuan yang tlah dihaluskan
dengan cobek
Coba minum beberapa pil ini,
Coba tetesi dengan obat tetes ini
Ah Bercak nanah itu tak mungkin mengering Tak
mungkin

Apa aku yang buat nanah ini makin menderas
Segera kusingkirkan lalat-lalat yang mengerubungi diri
Obati luka ini.
Kuyakin nanah ini dengan ramuan dari
ibu tua itu
Atau dengan beberapa buah pil.
Atau justru dengan obat tetes itu.
Pasti sembuh ya pasti sembuh Kuyakin

Kuingin sinden itu mengubah tembang-tembang laranya
Jadi tembang suka dan merindu kasih
Bersama mengeringnya nanah di lukaku
Meski bekas luka tak pernah hilang
Kuingin usir kisah lara ini
Ingin tutup semua layar duka
Akhiri kisah lara
Sudahi saja

Malam mendesah panjang
Aku mengadu kala malam mendesah panjang
Dalam tembang suling kutiupkan sebuah kisah
Aku menangis tanpa perdulikan burung hantu lantunkan lara
Dalam terkaman guntur malam aku mengigil ketakutan

Dalam desahan panjang sang malam aku mengadu
....
Desahannya panjang menyayat pilu
Tubuh mungil malam semakin kurus diterkam siang lusuh
Butiran-butiran bening mengalir di kedua pipi mulus
Badanku makin gemetar, tak henti bicara jiwaku
Hanya bibir yang terdiam karan kata tlah terbutuh

Malam kembali mendesah dalam kantuknya yang panjang
Mata anginpun mulai membuka menutup kelopaknya
Tubuhku makin kaku dan mengigil ketakutan

Aku bersujud
Aku bersimpuh
Deraian air mata bagai aliran terjun
Bibirku kaku
Hatiku beku

Apa jiwaku mati
Sepi....
Malam mendesah panjang dan lirih
.....
Tiga kata ku
Aku sayang kamu
Bersama kualirkan tiap-tiap do'aku didekapan rembulan
Aku sayang kamu
Seperti persetubuhan antara pekatnya malam dan jelitanya pagi
Aku Sayang kamu
Bersama larutnya ciuman dan rebahnya kepalaku didadamu
Aku Sayang kamu
Saat mimpi-mimpi keabadian cinta membumbung dari asap pengharapan
Aku sayang kamu
Bersama lewati lorong-lorong nafsu dan cinta
Aku sayang kamu
Kubelai lembut hati yang tercipta merayu
Aku Sayang kamu
Terbisikkan tiga kata entah terhayati entah tidak "Aku Sayang Kamu"

Syair sang Pujangga
Mungkin aku hanya bisa buat syair
Lantunkan liris-liris romantis dalam gerimis
Terdengar angin tertawakan syair-syair
Tapi kuhanya tersenyum sembari melirik

Lihat wajahmu disemua dinding hati
Kembali kutarikkan pena emas mungil
Ungkapkan rahasia panah-panah asmara dengan lirih
Cinta mengalir.....
Dari gejolaknya dan berputar-putar diantara lembah dan bukit

Kekasih....
Dengarlah perlahan-lahan nafas cinta sang angin
Kemarilah biarku dinginkan hati
Dengan dekapan sayang dan kasih

Kemari
Hampiriku, buat mataku jadi telinga maknakan cinta diantara duri
Kubiarkan dirimu mandi dikolam air mata diri
Gerimis tetap melawan sepi
Bicarakan cerita-cerita batin dan kisah kasih
Dua sisi kan tetap tertaut dalam runcing hati
Wajahmu kembali tersenyum manis
Mengecup kening dan kubiarkan penaku berhenti menari

Jelajahi lorong dusta
Pekat.....
Gelap....
Tanpa lentara ....
Hilang secercah cahaya

Kotor, gelap
Penuh sarang laba-laba
Jijik kumelihatnya
Kudekap tubuhku dengan selimut tebal

Bisakah kuteruskan langkah
Bisakah pasti kuberjalan
Akankah ada secercah kejujuran jiwa

Pengap
Sesak rasa diri mengantung dusta
Menipu dinding nurani, semua

Mengeliat dalam gelap
Menari diatas kegetiran
Semakin sesak batin, rongga

Aku ingin titik kejujuran
Tak kuasa ungkap seribu makna
Tertipu tertipu, dan
Tipu semua jiwa
Kutetap susuri lorong dusta
Biarkan sesak terus memenuhi rongga
Karna kata orang
"Tidak jadi masalah apabila kita menipu untuk kebaikan"
meski diri terus dihimpit sesak di dada
teruskan menipu jiwa
tanpa sadar tipu juga diri sendiri, segenap

Rindu padamu Bunda
Bunda aku rindu Dekapanmu
Belaian tangan-tangan keriputmu mengusap lembut rambutku yang hitam

Bunda.....
Aku rindu pelukan hangat cintamu
hantarkan tidurku

Bunda aku rindu.....
Bunda putrimu rindu akan cerita-cerita dongeng
Kau bacakan sembari aku terlelap tidur

Bunda aku rindu nasehat-nasehatmu
Buat Kumarah karna tak pernah hayati makna

Bunda dekaplah aku.....
Timanglah putrimu yang lusuh ini
Bantu aku tuk berjalan Bunda....
Bimbinglah putrimu yang beranjak dewasa ini

Bunda.....
Biarkan kuceritakan semua luka
Meski tak pernah ingin ku kau mendengarnya

Bunda......
Ingin kuungkap semua asa yang ingin kugapai
Ingin kubersabar menanti Ayah pulang

Bunda.....
Sungguh ingin aku membantumu
tapi..... rasanya aku terlalu egois dengan waktu yang bukan milikku

Bunda......
Seandainya.......
Andai aku bisa hayati makna kasih sayangmu......
Seandainya......
Bunda ..... Seandainya aku bisa hayati makna kasih sayangmu

Bunda ......
Sadar aku bahwa waktumu bukan hanya milikku
tapi bunda......
Dekap hangat tubuhku saat ini
Agar dingin yang aku rasakan tidak sampai menusuk tulangku

Bunda......
Bunda hangatkan aku dengan cintamu
Bunda I love U bunda

Dongeng Untuk Rini

Kemudian engkau mencoba melongok kebelakang
Kembali
Kepada waktu yang telah membesarkanmu

Dulu, saat-saat murni dan lugu

Tapi waktu terus berjalan
Seiring dengan langkahmu yang kian panjang mengejar impian

Inilah aku di dunia kedewasaan

Seperti Hansel dan Gretel kau coba menelusuri lagi jejak-jejak remah roti
Masa-masa indah yang masih selalu ingin kau nikmati

Pada mata-mata lugu bocah-bocah pecinta itu

Hingga kau lahirkan sendiri malaikat-malaikat kecil itu dan sampailah engkau pada surga pertamamu...

Terima kasih Tuhan, atas dia yang telah engkau pilihkan
Biar Saja
biarkan aku
tertawa dalam mimpiku
bahagia dalam anganku
bermain dengan khayalku
bercinta dengan bayangmu

Bayangmu datang padaku
ketika kelam menjelang
ketika dingin mencekam
ketika sepi merajam
ketika hati remuk redam

Bayangmu datang padaku
dalam pelukan kehangatan
dalam dekapan kelembutan
dalam selimut ketenangan
dalam sentuhan penuh cinta

Bayangmu datang padaku
tanpa wujud nyata
tanpa bisik suara
tanpa harus kupinta
tanpa pernah bertanya

Biarkan aku
sekali terhanyut arus
sekali terkobar murka
sekali terlayang hampa
sekali terlarut rasa

Biarkan aku lepaskan
belenggu yang redam emosi
habis tuntas lembaran lama
sebelum aku melangkah lagi
Is It Wrong ?
is it wrong to love you
is it wrong to miss you
even if we're not lovers
even if were friends

is it wrong to open up
is it wrong to let you know
is it wrong to say it
or should i shut up

i said i miss you
i miss my friend
but you build a wall
you said wouldn't be there

if i ever knew this
i wouldn't have said 'yes'
but then who are we
to know what will be

Boleh...Tapi... !!!
kau boleh tak sayang lagi
tapi jangan membenciku
kau boleh tak sayang lagi
tapi jangan tampilkan permusuhan itu
kau boleh tak sayang lagi
tapi jangan tambah sakit hatiku
kau boleh tak sayang lagi
tapi jangan kau jadi jahat padaku
kau boleh tak sayang lagi
tapi siapa yang bisa melarang hatiku
untuk tetap sayang kamu ?

(dari temen jadi pacar mau jadi temen lagi susah ya...)
Sahabatku....Kekasih Gelapku
Suatu sore, air dan api duduk di sebuah kafe
Seperti biasa mereka minum espresso,
asbak dihadapan mereka penuh puntung Marlboro putih

"Kudengar kemarin kamu melalap pasar," ujar air
api hanya tersenyum kecil
"Yah, seperti kamu baca di koran-koran"
"Enakkah?" tanya air lagi
api menghisap rokoknya
"Sama seperti waktu kamu membanjiri kota minggu lalu"
air menjadi bosan, "Ah kupikir lebih enak," lalu diteguknya espresso

Api tiba-tiba mencolek air
kobarannya padam sedikit
"Kamu pernah terpikir nggak, kenapa diantara kita berdua
kamu selalu dianggap jagoannya?"
Air menatap api, bingung
"Maksudnya?"
"Ya, kalau aku sedang melalap pasar, kamu datang dan aku padam.
Sementara kalau kamu sedang membanjiri kota, aku datang tapi
kamu terus beraksi. Apa-apaan itu?"
Api menyulut lagi rokoknya, mukanya agak masam.

Air mendesah. Gundah, dia.
"Aku rasa semuanya terjadi karena manusia terlalu membesar-besarkan
perbedaan kita"
Api tersenyum setuju.

Mereka nongkrong disitu dua jam lamanya
Bicara tentang berbagai hal

Setelah membayar, keduanya meninggalkan kafe

Syair cinta seperti biasa
bergelung aku dipusaran
hitam kadang merah tak berujung
hanya bisa bisikkan sesuatu pada waktu
yang berputar dan berputar
"kapan lagi?"
cengkeram berubah menjadi genggam
benci menjadi sayang
dan aku masih ada disana,
kadang hitam kadang merah
dan mampu hanya berbisik pada waktu
"sampai kapan?"
keras melunak lunak mengeras
dan kau tetap disana
bersamaku tergelung dalam pusaran
kadang hitam kadang merah bisa jadi jingga
"kapanpun cinta kau"
lalu dalam raguku aku mencoba
meraih, menyentuh, mencium dan merengkuh
"sedang begini masih berbohong?"
dan kau kurengkuh terus kurengkuh tak mau lepas

aku tidak pernah bohong
"tidak. aku tidak bohong"