![]() |
Puisi Hati II | ![]() |
![]() |
Pilihan |
|
![]() |
Dewa Dewi Menari Petikan dari lagu-lagu bidadari dan peri-peri surga persembahan dari dewi rembulan. di kota-kota dewa dan dewi menari di kota-kota perbukitan hijau, antara barisan bukit-bukit,Patuk dan Wonosari yang mengalun seiring merdunya desah suaramu, Selembut pasir-pasir di tanganmu yang membuatku mengejang, Fajar yang temaram menggoyangkan desah-desah napasmu yang berbulu, Sepanjang jalan Kranon kota ini yang slalu tersentuh lembut kakimu. Semilir angin nakal yang berusaha menyentuh harum wangi tubuhmu Membentur erang tembok-tembok itu dan bunyinya seperti hujan napas-napas harummu di kejauhan pantai, telinga mungilmu seperti rumah kerang di laut perawan Cahaya mentari pagi menyapamu, bersama rintik-rintik bertiup menerobos jemari lentikmu, melintasi sawah-sawah, menjelang panen padi, menuju permata dewiku yang tak memudar, orang-orang berjalan mendekat ke arahmu, hanya sekedar dapat merasa harum kulitmu Langkahmu setegar kuda-kuda pacuan di bukit, perawan desa termangu mendengar lenguh kakimu, perlahan-lahan kabut di desa muncul, menerjang mimpi-mimpi nakalku tentang kamu Matahari muncul. Ia menggusur danau-danau Sejuta hati dan sedalam cinta ibuku ini hanya untukmu. |
Tiada Nama Untuk .... Cinta Kusetiai engkau Setiap waktu, setiap mimpiku lepas terbang Kusetiai dengan segenap keharuan Tanpa aku mengharapkan cumbuan kudengar suara-suara, menembus ruang dada tak juga selesaikan mimpiku siang ini aku mencoba sembunyikan sepotong napasku juga sepotong tubuhku dalam gelap, pekat, hangat sebagai rahim ibunda namun tak juga bisa (cahaya terlalu menusuk mata, juga hati kita) masih kuinginkan sembunyikan diriku ketika jam berdetak pukul satu jangan ada yang mengganggu, teriakku tercekat, gemetar dalam setiap desah nadi sebab dunia tak juga usai memamerkan tariannya maka, dalam sisa ceritaku, masih kusetiai engkau sebagai kekasihku sebagai sesuatu yang selalu mengetuk-ngetuk ruang kesadaranku (aku tak tahu apakah masih ada rindu sebab semua rasa menghablur menjadi satu) (kamis, 28 september 00) puisi cinta aku berinama engkau puisi cinta agar tidak ada tanya dalam setiap lembar surat yang kaukirimkan esok hari aku sudah tidak bisa membaca aku hanya bisa berkata-kata maka, serpih ini kuberinama, puisi cinta aku makin tak tahu apakah puisi ini layak kaubaca ketika aku semakin tahu bahwa tiada puisi yang selayak engkau |
![]() |
![]() |
Saat waktu tlah tiba Pada satu waktu Daun - daun tak lagi kuat bertahan melekat di dahan Ia jatuh berguguran menyentuh keabadian dijilati silang-silang cahaya matahari Daun-daun yang berguguran menghanyutkan takut pada maut pula kesepian dan perpisahan kesedihan melarutkan kita pada malam hitam panjang, dan tangis tak mampu menepis Siapa yang sanggup menampung air mata dari semua duka. setiap kali waktu daun-daun berguguran satu-satu |
Tujuh Ayat Tubuh Semesta Dari titik asap gundah gulana berpendar dari kesatuan terciptalah berjuta wujud maka terbentang ; tujuh lapis langit tujuh lapis bumi tujuh ayat tubuh semesta. Lihatlah, setitik debu yang berputar-putar ditiup angin tenggelam dilautan gelombang bersemayam di goa musafir mencumbu malam melayang-layang dibatas angkasa menafsir pohon, air, burung, nyanyian pantai, juga rahasia belantara memaknai alam, aku, dia, juga cinta. Tunjukkan jalan agar ia tak tersesat kembali pulang |
![]() |
![]() |
Luka..Duka...& Cinta Di Wajahku luka di wajahku, sayang adalah mata yang menahan-nahan isak agar darah ini tak tumpah jadi air mata duka di wajahku, sayang adalah lidah dan bibir yang membendung suara agar jerit ini tak pecah jadi sangkakala cinta di wajahku, sayang adalah pipi daun keladi, adalah dahi yang menandai, adalah kening yang merahasiakan murung, adalah telinga yang menyimpan renung, adalah..... |
Akankah kebahagiaan berkawan denganku Temaramnya suasana ajak diriku 'tuk merenung Khayalan dan bayangan nampak bersahabat Saat kudapati belahan jiwaku bersandar di bahu Berharap pagi segera datang tatap mentari Hadirmu yakinkan langkahku menggapai asa Jejak yg membekas di kalbuku Menghentak seperti bangun dari mimpi malam tadi Mencoba bangkit memeluk dirimu Renungan dan doa temani diriku Agar kubisa ajari lilin bagaimana bersinar Terangi nurani yg kian usang dimakan waktu hujani dengan cahaya kesejatian selama ini kuhanya bisa mencari lalui kelokan tajam temui jalan buntu tanpa sedikitpun ada yg bisa pahami berusaha agar jalanku tetap lurus sampai hari itu ketika kutemui.... sosokmu.................... |
![]() |
![]() |
Maukah......... W aktu mulai tunjukkan jati I ringi langkah menemukan jejak pasti L ambat launpun fatamorgana itu mulai menemui L ihatkan bayangan singgasana yg jadi harapan Y akini permaisuri dengan sekepal maksud O nak dan duri penghalang singkirkan bersama U ntuk semikan benih di ladang kasih M asih panjang perjalanan harus ditempuh A dakala prahara datang coba ganggu bahagia R etakkan kristal cinta yg tlah berujud R atapi suka dengan lara sendiri Y ang berusaha buyarkan segala rencana M aukah dirimu dampingiku 'tuk bangun istana E ngkau sendiri yg bisa berikan jawabnya ? |
FIRST KISS The time is perfect. The Mood is set. Two souls locked in a joyous embrace Standing there Alone Both members urning for one moment When worlds collide. When feelings are known. When everything is the way it should be Minuets pass Small talk fore-shadows The moment is near Lean forward Pull back It's not right Or is it? There's only one way to know. Then, silence. Then it hits like a wrecking ball. Her soft lips press gently against yours This is it, poetry in motion For one moment it was all sublime. Shock, wonder, amazement. The First Kiss |
![]() |
|
Malamku tanpamu Tanpamu.. malam ini terasa sepi sekali. hanya sesekali suara jangkrik memecah kebisuan. Kadang nyaring. menyentak lamunanku. Kadang pilu. menggugah sudut hatiku. Mengusik segala diamku. Kembalikan kenangan waktu itu. Saat-saat kau ada bersamaku. Krik! Krik! Suara-suara itu semakin lama makin membahana. berirama di telingaku. mengikuti detak-detak jantungku. terasa semakin bernada. seakan mengajakku melangkah untuk berdansa. satu... dua... satu.. dua... aku berdansa. berputar. menari. dalam irama ilusi. aku semakin asyik bermimpi. Aku terus menari. terbang. melayang. sampai menembus gumpalan awan. halus. lembut. tersentuh oleh ujung-ujung jariku. putih. biaskan cahaya indah di pelupuk mataku. Aku terus menari. menghibur diri. mengisi sepi. mengukir rasa pada hari-hari ini. tanpamu. aku tenggelam dalam nadaku. terlarut dalam rangkaian kata-kataku. Aku terus menari. dan akan tetap menari. sampai kau datang mengganti. sampai kau kembali mengusir malam yang sepi. |
I LOVE YOU |
![]() |